Rabu, 13 November 2013

BANJIR DI INDONESIA




Oleh: Imam Arifa’illah Syaiful Huda
    Secara geografis, wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dan memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan dengan ciri-ciri perubahan cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup ekstrim. kondisi ini dapat menimbulkan ancaman-ancaman yang bersifat hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan.
Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.[2] Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. Dalam situS www.webcrawler.com disebutkan pengertian banjiran overflowing of a large amount of water beyond its normal confines, esp. over what is normally dry land.
    Daerah-daerah dengan risiko tinggi terhadap ancaman banjir tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah pantai timur Sumatra bagian utara, daerah pantai utara Jawa bagian Barat., Kalimantan bagian barat dan selatan, sulawesi selatan dan papua bagian selatan. beberapa kota tertentu seperti Jakarta, Semarang dan Banjarmasing secara historis juga sering dilanda banjir, begitu pula daerah aliran sungai tertentu seperti daerah aliran sungai Bengawan Solo di Pulau jawa dan daerah aliran sungai  Benanain di Nusa Tenggara Timur.

berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan/banjir dapat dikategorikan dalam tiga kategori: (a) banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia; (b) Banjir yang disebabkan oleh meningkatnya gelombang laut akibat badai; dan (c) banjir akibat kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, tanggul dan bangunan pengendali banjir.

Table: kejadian banjir dan dampaknya (DIBI, BNPB)
Banjir dan dampaknya
2001/02
2002/03
2003/03
2004/05
total
1.   Jumlah kejadian
150
186
143
182
661
2.   Dampak





3.   Korban manusia





-meninggal
185
206
230
126.028
126.649
- hilang
18
104
106
94.562
94.790
- mengungsi
388.651
180.901
102.973
568.382
1.240.907
4.   Rumah rusak
57.097
58.285
54.479
72.346
242.197
5.   Fasos/fasum
972
201
841
4760
6774
6.   Sawah  (ha)
180.603
604.435
83.927
36.640
905.605
7.   Jalan (km)
1005
217
396
1685
3303


pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penamung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. daya tampung sistem pengaliran air tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya. penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena pasokan air yang masuk kedalam sistem aliran menjadi tinggi dan melampaui kapasitas pengaliran. berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi pada meningkatnya debit banjir, karena jika terjadi curah hujan tinggi, sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sitem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan terjadi banjir

UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENGURANGI DAMPAK DARI BANJIR
Upaya preventif untuk mengurangi dampaknya adalah sbb.;
* Menata daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai dengan fungsi lahan.
* Membangun sistem pemantauan dan peringatan dini pada beberapa bagian sungai yang sering menimbulkan banjir.
* Tidak membangun rumah di dataran banjir.
* Tidak membuang sampah ke dalam sungai.
* Mengeruk sungai atu membersihkan sungai – sungai.

* Memasang pompa untuk daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
* Menghindari aktivitas di sekitar sungai yang memiliki lembah sempit jika terlihat di bagian hulu sungai dalam keadaan mendung atau hujan untuk mengurangi risiko bencana banjir bandang.
* Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan.

* Perhatikan atau pantau terus informasi cuaca dan pengamatan ketinggian muka air sungai yang banyak disiarkan lewat media, atau langsung bertanya ke instansi terkait yaitu Badan Meteorologi dan Geofisika dan Pemerintah Daerah setempat.
Lantas apa yang harus dilakukan saat banjir? lakukan hal-hal sbb.;
* Pada saat kejadian banjir kita harus sesegera mungkin mengamankan barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.
* Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
* Mencoba mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat air genangan masih memungkinkan untuk diseberangi.
* Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
* Jika air terus meninggi, hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
Apa yang harus dilakukan setelah banjir, lakukan hal sbb.;
* Secepatnya membersihkan rumah, biasanya lantai tertutup lumpur dan gunakan antiseptic untuk membunuh kuman penyakit.
* Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir

ANALISIS POTENSI BENCANA DI JAWA BARAT


Oleh: Imam Arifa’illah Syaiful Huda (110721435030)
Fisiografi Jawa Barat menurut Van Bemmelen: 1949 terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.      Zona Jakarta (Pantai Utara)
Daerah ini terletak di tepi laut Jawa dengan lebar kurang lebih 40 Km terbentang mulai dari Serang sampai ke Cirebon. Sebagian besar tertutupi oleh endapan alluvial.
2.      Zona Bogor
Zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan, dan Majalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu antiklonorium.
3.      Zona Bandung
Zona Bandung merupakan daerah gunung api, zona ini merupakan suatu depresi jika dibandingkan dengan zona Bogor dan zona pegunungan selatan yang mengapitnya terlipat pada zaman tersier. Zona Bandung sebagian besar terisi endapan vulkanik muda dari gunung api disekitarnya.
4.      Zona Pegunungan Selatan
Pegunungan selatan (menurut Pennekeok; Zone Selatan) terbentang mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai pulau Nusakambangan. Pegunungan selatan telah mengalami pelipatan dan pengangkatan pada zaman miosen. Pegunungan selatan dapat dikatakan plato dengan permukaan batuan miosen atas, tetapi dibeberapa tempat permukaannya tertoreh-toreh dengan kuat sehingga tidak merupakan plato lagi.
Fisiografi Jawa Barat akan mempengaruhi munculnya beberapa bencana alam, seperti tanah longsor, gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan banjir bandang. Sesuai data BNPB Tercatat, 1.241 kejadian bencana yang terjadi dalam kurun waktu 2002-2011. Kekeringan, banjir, dan tanah longsor merupakan yang sangat dominan terjadi. Meskipun demikian, kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di provinsi inilah yang menyumbang kerugian terbesar. Kejadian-kejadian bencana tersebut menyebabkan 1.331 orang meninggal dunia, 1.738.043 orang mengungsi dan menderita, 275.770 unit rumah rusak dan hancur, serta 1.196.452 Ha lahan mengalami kerusakan.
Bencana alam geologi yang dominan di Jawa Barat terdapat di bagian selatan. Kondisi topografi yang kasar dan berlereng terjal menyebabkan daerah ini rawan akan tanah longsor. Kondisi geologi batuan yang lepas-lepas dan topografi yang terjal merupakan dua faktor yang sangat dominan dalam proses tanah longsor di Jawa Barat bagian selatan. Ketika hujan turun di atas normal, maka kondisi rawan ini berubah menjadi sangat kritis dan dapat menimbulkan tanah longsor. Daerah Jawa Barat bagian selatan termasuk yang paling rawan terhadap tanah longsor.
Potensi bencana yang kedua yakni gempa bumi. Gempa bumi sebenarnya berkonsentrasi di palung laut sebelah selatan Pulau Jawa. Akan tetapi terdapat beberapa patahan yang melintang memotong Jawa Barat. Pada umumnya daerah patahan ini merupakan daerah yang lemah terhadap kemungkinan terjadinya gempa. Demikian pula gempa yang terjadi pada palung sebelah selatan Jawa Barat dapat merambat ke daratan Jawa Barat sepanjang zona patahan yang lemah. Patahan utama terdapat melintang dari Pelabuhan Ratu ke Sukabumi sampai ke Padalarangan pada arah lebih kurang barat daya - timur laut. Patahan kedua adalah patahan Cilacap - Kuningan yang melalui Tasikmalaya sampai ke Kuningan pada arah tenggara - barat laut. Gempa bumi yang merusak sering terjadi di daerah ini, karena terdapat konsentrasi penduduk di sini, maka gempa bumi sering menimbulkan kerugian harta benda dan hilangnya nyawa manusia. Potensi gempa ini juga memicu terjadinya bencana tsunami, sehingga perlu sikap tanggap terhadap bencana.
Potensi bencana yang selanjutnya di Jawa Barat yakni gunung berapi. Pada bagian tengah dapat ditemukan gunung-gunung berapi aktif seperti Gunung. Salak  (2.211 m), Gede-Pangrango (3.019 m), Ciremai (3.078 m), dan Tangkuban Perahu (2.076).
Daftar Pustaka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Atlas  Kebencanaan Indonesia 2011, (Online) http://www.bnpb.go.id/  diakses 07 September 2013
Anonim. Tanpa Tahun. Kondisi Fisiografi dan Geologi Regional Jawa Barat. File pdf
PETA FISIOGRAFI JAWA BARAT