Oleh: Imam Arifa’illah Syaiful Huda (110721435030)
Fisiografi Jawa
Barat menurut Van Bemmelen: 1949 terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1.
Zona
Jakarta (Pantai Utara)
Daerah
ini terletak di tepi laut Jawa dengan lebar kurang lebih 40 Km terbentang mulai
dari Serang sampai ke Cirebon. Sebagian besar tertutupi oleh endapan alluvial.
2.
Zona
Bogor
Zona ini
membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor, Purwakarta, Subang,
Sumedang, Kuningan, dan Majalengka. Daerah ini merupakan perbukitan lipatan
yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk suatu
antiklonorium.
3.
Zona
Bandung
Zona Bandung
merupakan daerah gunung api, zona ini merupakan suatu depresi jika dibandingkan
dengan zona Bogor dan zona pegunungan selatan yang mengapitnya terlipat pada
zaman tersier. Zona Bandung sebagian besar terisi endapan vulkanik muda dari
gunung api disekitarnya.
4.
Zona
Pegunungan Selatan
Pegunungan
selatan (menurut Pennekeok; Zone Selatan) terbentang mulai dari Teluk Pelabuhan
Ratu sampai pulau Nusakambangan. Pegunungan selatan telah mengalami pelipatan
dan pengangkatan pada zaman miosen. Pegunungan selatan dapat dikatakan plato
dengan permukaan batuan miosen atas, tetapi dibeberapa tempat permukaannya
tertoreh-toreh dengan kuat sehingga tidak merupakan plato lagi.
Fisiografi
Jawa Barat akan mempengaruhi munculnya beberapa bencana alam, seperti tanah
longsor, gempa bumi, tsunami, gunung berapi, dan banjir bandang. Sesuai data
BNPB Tercatat, 1.241 kejadian bencana yang terjadi dalam kurun
waktu 2002-2011. Kekeringan, banjir, dan tanah longsor merupakan yang sangat
dominan terjadi. Meskipun demikian, kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di
provinsi inilah yang menyumbang kerugian terbesar. Kejadian-kejadian bencana
tersebut menyebabkan 1.331 orang meninggal dunia, 1.738.043 orang mengungsi dan
menderita, 275.770 unit rumah rusak dan hancur, serta 1.196.452 Ha lahan
mengalami kerusakan.
Bencana
alam geologi yang dominan di Jawa Barat terdapat di bagian selatan. Kondisi
topografi yang kasar dan berlereng terjal menyebabkan daerah ini rawan akan
tanah longsor. Kondisi geologi batuan yang lepas-lepas dan topografi yang
terjal merupakan dua faktor yang sangat dominan dalam proses tanah longsor di Jawa
Barat bagian selatan. Ketika hujan turun di atas normal, maka kondisi rawan ini
berubah menjadi sangat kritis dan dapat menimbulkan tanah longsor. Daerah Jawa
Barat bagian selatan termasuk yang paling rawan terhadap tanah longsor.
Potensi
bencana yang kedua yakni gempa bumi. Gempa bumi sebenarnya berkonsentrasi di
palung laut sebelah selatan Pulau Jawa. Akan tetapi terdapat beberapa patahan
yang melintang memotong Jawa Barat. Pada umumnya daerah patahan ini merupakan
daerah yang lemah terhadap kemungkinan terjadinya gempa. Demikian pula gempa
yang terjadi pada palung sebelah selatan Jawa Barat dapat merambat ke daratan Jawa
Barat sepanjang zona patahan yang lemah. Patahan utama terdapat melintang dari Pelabuhan
Ratu ke Sukabumi sampai ke Padalarangan pada arah lebih kurang barat daya - timur
laut. Patahan kedua adalah patahan Cilacap - Kuningan yang melalui Tasikmalaya sampai
ke Kuningan pada arah tenggara - barat laut. Gempa bumi yang merusak sering
terjadi di daerah ini, karena terdapat konsentrasi penduduk di sini, maka gempa
bumi sering menimbulkan kerugian harta benda dan hilangnya nyawa manusia. Potensi
gempa ini juga memicu terjadinya bencana tsunami, sehingga perlu sikap tanggap
terhadap bencana.
Potensi
bencana yang selanjutnya di Jawa Barat yakni gunung berapi. Pada bagian tengah
dapat ditemukan gunung-gunung berapi aktif seperti Gunung. Salak (2.211
m), Gede-Pangrango (3.019 m), Ciremai (3.078 m), dan Tangkuban Perahu (2.076).
Daftar
Pustaka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Atlas
Kebencanaan Indonesia 2011, (Online) http://www.bnpb.go.id/ diakses 07 September 2013
Anonim. Tanpa Tahun. Kondisi Fisiografi dan Geologi Regional Jawa Barat. File pdf
PETA FISIOGRAFI JAWA BARAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar