Lapisan-lapisan Bumi
Berbagai
dugaan dikemukakan orang mengenai bagian dalam bumi misalnya wujud, temperatur
dan tekanan. Ada yang mengatakan bahwa makin dalam temperatur makin tinggi
dengan gradien geothermis 20/100 m dekat permukaan bumi, namun makin
kedalam gradien geothermis makin kecil. Higgins dan Kennedy (1971) mengatakan
bahwa bila inti bumi terutama tersusun dari besi maka temperaturnya berkisar
4.000 – 5.0000 C. Dibawah tekanan lapisan di atasnya besi akan lebur
pada temperatur 3.7000C. yaitu pada sekitar perbatasan Mantle
dan Inti bumi bagian luar (Allison, 1974). Atas dasar perhitungan temperatur di
inti bumi tersebut, muncul pendapat bahwa inti bumi berwujud gas karena pada
temperatur 4.000 – 5.0000C materi padat akan lebur kemudian berubah
menjadi gas. Sebagian ahli lain tidak sependapat dengan alasan bahwa makin
kedalam tekanan juga semakin tinggi karena beban lapisan di atasnya. Oleh
karena itu dibawah tekanan yang begitu besar (sekitar 3 juta atmosfer), inti
bumi akan berwujud padat. Muncul pula pendapat lain yang menggabungkan
pandangan di atas, mengatakan bahwa inti bumi berwujud kental karena sekalipun
temperatur sangat tinggi namun tekanan yang begitu tinggi akan menghalangi
perubahan ke gas.
Dalam
perkembangan selanjutnya, atas bantuan penelitian seismik yang makin maju para
ahli mengemukakan keterangan-keterangan bagian dalam bumi yang lebih memuaskan
dan menyusun gambaran struktur bumi sebagai berikut: bumi dibagi menjadi 3
bagian besar yaitu Kerak bumi (Crust), Selimut bumi (Mantle) dan
Inti bumi (Core) (Stokes, 1978).
1.
Kerak bumi (Crust). Lapisan ini menempati bagian paling
luar dengan tebal berkisar 6 – 50 km. Tebal lapisan ini tidak sama di semua
tempat, di benua sekitar 20 – 50 km sedang di dasar laut 0 -5 km atau bersama
air laut di atasnya sekitar 10 – 12 km. Tersusun dari materi-materi padat
terutama yang kaya silisium dan aluminium. Ada yang membedakan atas 2 lapisan
yaitu: a). Lapisan granitis, lapisan yang kebanyakan terdiri dari
batuan granit. Kecepatan gelombang longitudinal di lapisan ini sekitar 6,5
km/detik. Tetapi lapisan ini tidak dijumpai di dasar laut.
b).
Lapisan basaltis, lapisan yang letaknya di bawah lapisan granitis dan
kebanyakan tersusun dari materi basalt. Kecepatan gelombang longitudinal di
lapisan ini sekitar 6,5 – 8 km/detik.
2.
Selimut bumi (Mantle). Lapisan ini terletak di bawah kerak
bumi dan pada umumnya dibedakan atas 3 lapisan:
a).
Litosfer, letaknya paling atas dari Selimut bumi, terdiri dari
materi berwujud padat dan kaya silisium – aluminium, tebalnya sekitar 50 – 100
km. Bersama-sama dengan kerak bumi sering pula disebut lempeng litosfer yang
mengapung di atas lapisan yang agak kental yaitu astenosfer. Batas bawahnya berupa
lapisan yang agak lain sifatnya dimana kecepatan gelombang longitudinal lebih
lambat dan disebut Low Velocity Layer.
Biasanya digabungkan dengan lapisan agak kental di bawahnya yaitu astenosfer.
b).
Astenosfer, lapisan di bawah litosfer yang wujudnya agak kental, kaya
dengan silisium aluminium dan magnesium. Diduga batuan penyusun lapisan ini
lebur sekitar 1 – 10%. Kemungkinan titik lebur silikat yang menyusun lapisan
ini turun karena adanya air yang masuk ke lapisan ini sehingga walaupun
temperatur di lapisan ini belum cukup tinggi sebagian material silikat mulai
lebur. Tebal lapisan ini sekitar 130-160 km, dan dengan lapisan transisi low
velocity layer bersama-sama tebalnya sekitar 100 – 400 km.
c).
Mesosfer, lapisan yang lebih tebal dan lebih berat, kaya dengan
silisium dan magnesium. Tebalnya sekitar 2.400 – 2750 km, kecepatan gelombang
longitudinal naik dari sekitar 8 km/detik sampai 13,5 km / detik. Pada
perbatasan ke lapisan lebih dalam (inti bumi) terdapat lapisan transisi di mana
kecepatan gelombang longitudinal menurun sangat tajam dari 13,5 km/detik ke
8km/detik. Lapisan ini dikenal dengan nama Gutenberg – Wiechert Discontinuety Layer yang biasanya dijumpai
pada kedalaman 2698 km.
3.
Inti Bumi (Core), lapisan ini menempati bagian paling dalam dan
dapat dibagi 2 bagian:
a). Inti Bagian luar (Outer Core), diduga berwujud cair sebab lapisan ini tidak
dilalui gelombang transversal. Tebal lapisan ini sekitar 2160 km,
kemungkinan tersusun dari materi yang kaya silisium, besi, dan magnesium.
b).
Inti Bagian Dalam (Inner core) pada
kedalaman sekitar 5145 km terjadi perubahan kecepatan gelombang longitudinal
dari rendah ke tinggi, sebagai petunjuk batas antara inti bagian luar dan inti
bagian dalam. Tebal lapisan ini sekitar 1320 km, diduga berwujud padat,
tersusun dari materi yang kaya nikel dan besi dengan densitas lebih besar.
Gambar 2. 11.
Lapisan-Lapisan Bumi
Lempeng litosfer adalah lapisan terluar
bumi yang terdiri dari kerak bumi dan litosfer, mengapung di atas lapisan yang
agak lunak yaitu astenosfer. Tebalnya berkisar 100 – 250 km (Monroe,
Wicander, 2001). Lempeng ini sangat mobil karena terpengaruh oleh arus konveksi
yang terjadi di lapisan astenosfer. Akibat arus konveksi di astenosfer maka
lempeng litosfer di atasnya terdorong sehingga akhirnya pecah menjadi beberapa
bagian yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Amerika Utara, Lempeng Amerika Selatan,
Lempeng Hindia dan Australia, Lempeng Afrika, Lempeng Eurasia dan Lempeng
Antarktika. Masing-masing lempeng bergerak ke arah tertentu dengan kecepatan
berkisar 1 – 13 cm/tahun. Perhatikan gambar 4. 3 yang memperlihatkan peta
tektonik lempeng.
Gambar 4.
3. Peta Tektonik Lempeng
Berdasarkan
arah gerak lempeng pada batas interaksi
lempeng, dikenal ada 3 tipe batas
lempeng: a. Konvergen, yaitu batas dua lempeng yang saling
mendekati/bertabrakan;
b. Divergen, yaitu batas dua lempeng yang
saling menjauhi;
c. Shear atau Transform,
yaitu batas dua lempeng yang saling berpapasan.
Contoh batas lempeng dapat dilihat di
gambar 4. 4.
Gambar 4.
4. Tipe-tipe batas lempeng
Ad.a.
Batas Lempeng Konvergen.
Pada batas lempeng konvergen, ada dua lempeng yang bergerak kearah satu
sama lain. Karakteristik perbatasan sebagian tergantung pada tipe lempeng yang
bertabrakan.
1) Jika
lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng dasar laut, salah
satunya akan mengalami subduksi, membenam dibawah yang lain. Contohnya adalah
lempeng Australia bertabrakan dengan lempeng Asia, dimana lempeng Australia
membenam di sebelah barat Sumatera, selatan Jawa – Nusa Tenggara dan Maluku
Selatan; lempeng Pasifik bertabrakan dengan lempeng Asia, dimana lempeng
Pasifik mengalami subduksi di bawah Irian – Filipina – Jepang. Sepanjang zone
subduksi merupakan pusat-pusat gempa, dari gempa dangkal sampai gempa dalam dan
biasanya dikenal sebagai zone of Benioff.
Lempeng yang turun menghasilkan palung laut dan pada
kedalaman 50 – 100 km sebagian mulai mengalami peleburan menghasilkan magma
andesitik. Magma andesit yang terbentuk menyusup keatas melalui retakan-retakan
akibat tabrakan antar lempeng, membentuk busur vulkanik berupa deretan
pulau-pulau vulkanis sejajar dengan palung. Perhatikan gambar 4. 5.
Gambar
4. 5. (a). Lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng
dasar
laut (b). Busur pulau-pulau vulkanik yang terbentuk
(Sumber: Monroe, James S, Wicander, Reed, 2001)
2) Jika
lempeng dasar laut bertabrakan dengan lempeng benua, maka lempeng
dasar laut membenam dibawah lempeng benua karena batuan dasar laut lebih berat.
Kenampakan yang dihasilkan sama saja dengan tabrakan dasar laut dengan dasar
laut, hanya letak palung dekat tepi benua dan busur vulkanik tidak berupa
pulau-pulau vulkanik melainkan pegunungan tepi benua. Sepanjang zone subduksi
merupakan pusat-pusat gempa dari gempa dangkal sampai gempa dalam. Subduksi
lempeng Nazca dibawah lempeng Amerika Selatan adalah contoh tipe batas lempeng
ini. Palung Peru-Chili menandai tempat subduksi dan Pegunungan Andes mewakili
busur vulkanik. Lihat gambar 4. 6
Gambar 4.
6. Lempeng Nasca menunjam di bawah
Lempeng
Amerika Selatan Sumber: Skinner, B.J., dkk,
2004
3)
Jika lempeng benua bertabrakan dengan lempeng
benua, kedua benua saling bertumpuk satu sama lain. Karena batuan kedua benua
sama dan keduanya lebih ringan dari batuan di bagian bawah, maka tidak ada yang
menunjam dibawah yang lain. Salah satu benua dapat menyelinap dalam jarak
pendek dibawah yang lain, tetapi tidak bergerak kebawah sebagai zone subduksi. Kedua benua menyatu sepanjang suture
zone (zone jahitan) yang menandai awal persinggungan kedua benua. Kerak
dipertebal lebih lanjut oleh dorongan salah satu benua di bawah yang lain.
Hasilnya adalah rangkaian pegunungan di pedalaman benua baru yang lebih besar,
hasil penggabungan dua benua. Seluruh daerah tumbukan ditandai oleh pusat-pusat
gempa dangkal dalam daerah yang luas sepanjang sejumlah patahan. Pegunungan
Himalaya di Asia Tengah terbentuk dengan cara ini, di mana Lempeng India
bergerak ke utara bertabrakan dengan Lempeng Asia. Lihat gambar 4. 7.
Gambar 4. 7. Lempeng India tabrakan dengan lempeng Asia.
Sumber: Skinner, B.J.,
dkk, 2004.
Ad. b. Batas Lempeng Divergen
Batas lempeng divergen adalah batas antar lempeng yang bergerak saling
menjauhi. Tipe batas lempeng ini umumnya dijumpai di pegunungan tengah samudera
(Mid-oceanic Ridge) seperti Mid-Atlantic Ridge, East Pacific Rise,
Atlantic-Indian Ridge, Pacific-Antarctic Ridge.
Arus konveksi di Astenosfer naik di tempat ini kemudian bergerak ke arah
berlawanan, menyebabkan lempeng litosfer di atasnya pecah dan bergeser ke arah
yang berlawanan. Celah yang terbentuk antara kedua lempeng tersebut terisi
dengan magma dari lapisan astenosfer membentuk pegunungan tengah samudera. Lihat gambar 4. 8.
Gambar 4. 8. Pegunungan di Tengah Samudera Atlantik (Mid –Atlantic Ridge)
Ad. c. Batas Lempeng Shear atau Transform
Batas lempeng shear adalah batas antar lempeng yang gerakannya
horizontal berlawanan arah sepanjang batas keduanya, seperti mobil yang
berpapasan di jalan. Contoh batas lempeng ini adalah patahan Anatolia Utara di
Turki yang arahnya Barat –Timur di mana sisi utara patahan bergerak ke timur
dan sisi selatannya bergerak ke barat, patahan San Andreas di Amerika Utara di
mana sisi timur bergerak ke selatan sepanjang patahan, dan sisi barat bergerak
ke arah utara. Daerah di batas lempeng semacam ini sering
dilanda gempa dangkal karena gesekan batuan antara kedua lempeng. Lihat Gambar
Gambar 4.9. Patahan
San Andreas di Amerika Utara.
Sumber:
Monroe, Wicander, 2001.
Penyebab pergeseran lempeng disebabkan oleh arus
mkonveksi di dalam selimut bumi, namun ada beberapa mekanisme/cara yang
dikemukakan oleh berbagai ahli geologi. Misalnya ada yang mengemukakan bahwa
arus konveksi terjadi dalam selimut bagian atas saja yaitu di lapisan
Astenosfer, namun ahli lain beranggapan arus konveksi terjadi di seluruh
selimut bumi. Perhatikan gambar 4.10. di bawah ini.
Gambar 4. 10. Arus
konveksi di lapisan Astenosfer (kiri) dan
arus konveksi di
seluruh selimut bumi (kanan).
Adalagi yang
berpendapat tempat naiknya batuan panas dari bawah merupakan daerah sempit saja
seperti cerobong asap, dan setelah sampai di permukaan tersebar ke segala arah.
Lihat Gambar 4. 11. Pendapat ini dikenal sebagai Mantle Plume oleh W.
Jason Morgan seorang ahli geologi dari Universitas Princeton.
Tempat di permukaan
bumi itu menjadi daerah vulkanis aktif. Menurut pandangan Morgan
lempeng bergerak karena beberapa plume yang tidak luas berupa arus konveksi
sepanjang seluruh pegunungan. Plume hipotetis ini seakan seperti pipa dari dasar selimut
bumi. Aliran radial materi selimut bumi dari dalam ke permukaan akan memecahkan
litosfer dan menggerakkan lempeng. Mantle plume yang naik di benua
misalnya, akan menyebabkan permukaan benua menggembung ke atas menyebabkan
aktivitas vulkanisme.
Gambar 4. 11. Mantle Plume seperti terlihat dari samping (atas) dan penyebaran secara radial di permukaan bumi seperti terlihat dari atas (bawah).
Penggembungan ini menghasilkan tiga retakan (gambar 4.
12). Aliran dari dalam berlangsung terus menyebabkan kerak bumi terpecah sepanjang dua dari
tiga retakan dan retakan ketiga menjadi tidak aktif. Dalam model ini kedua
retakan yang aktif akan menjadi pinggiran benua sebagaimana lautan terbentuk
antara benua yang terbelah itu. Retakan
ketiga menjadi aulacogen, suatu retakan yang tidak aktif yang kemudian
terisi dengan sedimen.
A Penggembungan permukaan bumi tempat
B. Akibat aliran radial maka permukaan bumi
C. Dua retakan menjadi aktif di mana lempeng
bergerak ke arah berlawanan membentuk
lautan diantaranya, sedang retakan yang
ketiga menjadi tidak aktif dan terisi dengan
Sebagai contoh dari retakan semacam ini adalah Laut merah (gambar 4. 14).
Gambar 4.14. Laut Merah dan Teluk Aden merupakan dua retakan aktif
sebagaimana semenanjung Arab bergeser dari Afrika, sedang retakan yang tidak
aktif atau aulacogen ialah patahan Afrika Timur
Tempat di mana mantle plume mungkin naik sekarang di benua adalah di
Taman Nasional Yellowstone di barat
laut Wyoming. Daerah ini agak tinggi
dan vulkanis, ada arus panas dan kegiatan mata air panas dan geyser,
semuanya mungkin disebabkan oleh plume ini.
Beberapa plume naik di bawah lautan misalnya di kepulauan Hawaii.
Akan tetapi agak lain dengan yang di benua, plume
bertindak seperti pusat erupsi (hot spot) di bawah lempeng yang
bergerak. Sebagaimana lempeng bergerak di atas plume terbentuklah
sederetan gunung di mana hanya salah
satu gunung tersebut yang aktif yaitu gunung yang persis di atas mantle
plume sedang yang lainnya sudah tidak aktif (gambar 4. 15). Perhatikan pula
gambar 4. 16 yang menunjukkan peta Kepulauan Hawaii di mana di ujung tenggara
saja yang aktif dan makin ke barat laut gunung-gunungnya tidak aktif dan makin
tua umur batuannya.
Gambar 4. 15. Perhatikan gunung yang aktif hanya yang terletak di atas
pusat
erupsi (hot spot) dan makin ke kiri makin tua umurnya.
Kebanyakan ahli geologi menerima konsep tektonik lempeng karena konsep ini
dapat menjelaskan banyak kenampakan-kenampakan di permukaan bumi, antara lain:
· Distribusi gempabumi yang sesuai dengan konsep tektonik lempeng, di mana
gempa dangkal umumnya terletak di bawah normal fault yang disebabkan
oleh tensional stress yang berasosiasi dengan perbatasan lempeng
divergen dan di strike slip fault pada shear boundary di continent
convergence. Di sisi lain gempa dangkal, sedang dan dalam dijumpai pada zone
of Benioff yang terletak pada patahan terbalik yang terjadi bila salah satu
lempeng menunjam di bawah yang lainnya.
Gambar 4. 16. Peta Kepulauan Hawaii yang bergeser ke barat laut dan hanya
dua gunung aktif di sebelah tenggara (tempat yang persis di atas pusat erupsi)
dan
gunung-gunung makin ke baratlaut makin tua umurnya.
· Distribusi dan komposisi vulkan-vulkan di dunia: vulkan-vulkan basaltis
terjadi di divergent boundary, sedang vulkan-vulkan andesitis terjadi di
convergent boundary.
· Pegunungan muda dunia yang berasosiasi dengan intrusi magma, metamorfosis,
lipatan dan patahan yang disebabkan oleh kompressi horisontal terjadi di converging
plate boundaries.
· Relief dasar laut juga dapat dijelaskan dengan konsep tektonik lempeng: Mid
Oceanic Ridge dijumpai pada divergent boundaries, palung laut
dijumpai di zone subduksi.
· Tektonik lempeng juga berkaitan dengan pembentukan batuan metamorfosis
seperti terlihat pada gambar 4. 17.
Dengan demikian konsep tektonik lempeng dapat menjawab lebih
banyak kenampakan kenampakan yang ada di permukaan bumi daripada hipotesis atau
teori-teori lain.
Gambar 4. 17. Hubungan antara tektonik lempeng dengan
metamorfosis
Pada
gambar 4. 18 di bawah ini kita dapat melihat sebaran pegunungan dan tipe batas lempeng.
Gambar 4. 18. Sebaran pegunungan bertipe andesit dan basaltik
===JPB===
Daftar Pustaka
Buranda, J.P. 2009. Geologi Umum. Malang. Universitas Negeri Malang. UM Pres