Oleh: Imam Arifa’illah Syaiful Huda
Salah satu komponen penting yang mencirikan identitas
diri adalah bahasa. Tak hanya itu kualitas diri seseorang bisa dilihat dari
cara berbicaranya. Bahasa sehari-hari tak hanya digunakan untuk sekedar
berbicara yang tidak mempunyai makna yang baik. Dengan sebuah kualitas bahasa
yang baik, maka besar kemungkinan kualitas diri seseorang akan semakakin baik.
Pentingnya sebuah bahasa sampai tertera pada sebuah pepata “lisan itu bagaikan pedang yang tajam,
sesekali kamu melakukan kesalahan maka itu akan menjadi pedang yang tajam untuk
menusuk hati seseorang, dan akan membuat lobang dalam hatinya yang sulit
ditutup kembali ”.
Sepertihalnya dalam dunia pendidikan yang sudah berjalan
berabad-abad tak luput dari sebuah bahasa yang digunakan dalam mengajar. Namun,
yang menjadi pertanyaan apakah semua bahasa yang digunakan para pendidik sudah
memahami akan perasaan dan kondisi peserta didik?. Bisa dibilang belum
keseluruhan para pendidik mengunakan bahasa dengan memahami perasaan dan
kondisi peserta didik.
Peserta didik mempunyai perbedaan antara satu dengan yang
lainya. Perbedaan itu yang akan menjadikan komponen-komponen yang masuk
berbeda. Stimulus-stimulus yang digunakan akan berbeda dilihat dari perbedaan
karakteristik tiap individu. Sering kali inilah yang tidak disadari oleh
beberapa pendidik yang sudah lama mengajar. Kejadian seperti ini tidak akan di
biarkan berlarut dalam semuah rangkaaian kesalahan yang nantinya menimbulkan
kesalahan fatal bagi para peserta didik.
Realita yang
sering terjadi pada sebuah pengajaran diruang kelas, guru seenaknya berbahasa
atau berbicara tidak baik pada peserta didiknya. Seperti halnya, seorang
pendidik mengatakan kalau anak didiknya bodoh, pemalas, perusak kelas, dan
tidak mematuhi aturan. Apakah seseorang seperti ini pantas dibilang sebagai
pendidik.jika sudah seperti itu, bagaimana dengan kondisi mental anak didik
yang sejak awal tidak mengiginkan kata-kata itu muncul. Kini muncul dengan
jelas dan masuk dengan mudah dalam hatinya.
Kondisi seperti ini juga akan mempengaruhi beberapa
aspek, seperti halnya aspek sosialnya. keharmonisan
merupakan salah satu penunjang dalam sebuah belajar dan pembelajaran. Jika
sebuah keharmonisan sudah hilang dalam belajar dan pembelajaran. Proses belajar dan
pembelajaran kan semakin sulit terlaksana. Bagaimana tidak, pola perilaku
seorang yang sakit hati pasti berkonotatif negatif. Kondisi seperti ini akan
menciptakan suasana yang negatif pula dalam kelas. Tidak heran kegaduan
tercipata hanya disebabkan segelintiran orang saja.
Larut dalam kondisi seperti ini, Kebencian akan tertanam tertanam
pada hati dan akan memunculkan tindakan yang negatif. Jika sudah terjadi
seperti itu, proses belajar untuk menuju sebuah perubahan yang baik hilang
hanya sekedar pengolahan bahasa yang baik.
Aspek yang lain seperti emosional, akan semakin labil.
Labilnya emosional anak didik tentu membutuhkan pengarahan seorang guruyang
membuat kestabilan emosional mereka. Namun, tidaklah mudah jika keharmonisan
sudah hilang begitu saja. Padahal seorang anak didik telah mengidam-idamkan
keharmonisan kepada pendidiknya.
Seorang pendidik harus mampu memahami karakteristik dan
perasaan anak didiknya. Tidak hanya materi saja yang di unggulkan namun,
pendekatan-pendekatan yang lainya yang dimulai dengan bahasa yang baik. Begitu
pentingnya sebuah pengolahan bahasa yang dapat menciptakan sebuah energi yang
hebat. Apakah itu positif ataupun negatif. Energi yang hebat itu jika diolah
untuk menciptakan kualitas diri anak didik akan melesat cepat.
Seperti contoh yang nyata terungkap pada buku pengajaran yang kreatif dan menarik, di
dalam buku itu seorang pendidik mendatangi salah satu anak didiknya dan
mengucapkan beberapa kalimat yang indah dan memompa mimpi-mimpinya. “kamu
adalah anak yang hebat, jagan sia-siakan kehebatanmu, saya yakin suatu saat
nanti kamu akan menjadi orang yang luar biasa, dan bermanfaat bagi orang
banyak. Kamu adalah bunga yang indah
dan semerbak bau wangi, yang memberikan
kesejahtraan bagi orang disekitar, perbaiki kesalahan, Lakukanlah yang terbaiak
dan tetap semangat dalam belajar. ”.
Bisa di bayangkan pada benak diri seorang murid yang
mendapatkan pujian dan tutur kata yang baik dan indah. Mereka akan tertunduk
manis, dan akan merenungkan perkataan yang yang diberikan oleh gurunya. Sebuah Energi bahasa yang dikelolah dengan
baik akan menjadi sebuah energi yang positif dan akan merubah pola perilaku
yang negatif. Yang asalnya pola perilaku negatif dalam kelas itu tercipta akan tererosi
sedikit demi sedikit. Dan akan tercipta sebuah pola perilaku yang baik.
Sehingga akan terjadi belajar dan pembelajaran yang efektif. Tercipta suatu
keharmonisan yang membahgiakan dalam peserta didik dan pendidik sehingga dalam
meniti ilmu pengetahuan akan semakin digemari dan dinikmati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar