oleh: Imam Arifa'illah Syaiful Huda
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SECARA
TERINTEGRASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA
OLEH: Mochamad enoh*)
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil. Penanaman nilai tentunya tidak lepas dari peran guru yang
berkualitas, yaitu guru yang mempunyai kemampuan administrator, communicator, motivator, evaluator, interactor, dan innovator. Keberhasilan pendidikan
karakter bukan tergantung pada kualitas kurikulum, namun tergantung pada apa
yang dilakukan guru dan murid dalam kelas.
Pendidkan karakter bisa masuk dalam
semua mata pelajaran sekolah, termasuk salah satunya mata pelajaran geografi. Integrasi pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran geografi hendaknya dimulai
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dapat mengadopsi
prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning). Kontribusi mata pelajaran geografi dalam pendidikan
karakter di SMA/MA sangat tergantung pada guru yang merubah paradigma lama ke paradigm baru sesuai dengan kurikulum KTSP, yakni harus terintegrasi dengan Pembelajaran
kontekstual. Dengan integrasi seperti itu, maka akan mendukung peningkatan
kualitas pendidikan, relevansi, produktivitas, pengembangan jiwa kewirausahaan
yang menghasilkan insan masa depan yang
mandiri di daerah masing-masing. Dengan demikian pengintegrasian pendidikan
karakter pada mata pelajaran geografi akan mendukung pembangunan wilayah,
khususnya pembangunan karakter bangsa, yang menjadi bagian terpenting dari
pembangunan manusia seutuhnya.
**) disampaikan
dalam seminar ikatan geografi Indonesia (IGI), dan konggres ke IV IGI, tanggal
11-12 Desember 2010, di hotel utami. Jl. Raya duanda-airport, Surabaya, jawa
timur
*) tenaga pengajar pada jurusan
pendidikan geografi fakultas ilmu sosial universitas negeri Surabaya,
instruktur nasional KTSP direktorat kemendiknas Jakarta
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan
memiliki peran yang sangat penting, sesuai yang tercantum dalam UU No 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 yaitu pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cekap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di
Indonesia yang seharusnya mengantarkan peserta didik menuju pribadi yang baik
dan berkarakter ternyata belum berhasil dalam menanamkan pendidikan karakter
pada anak bangsa. Kasus tawuran merupakan bukti konkret belum berhasilnya
pendikan di Indonesia. Berdasarkan penelitian di Harvard university amerika
serikat (ali Ibrahim akbar, 2000), pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) hanya menyumbangkan 20% ,
namun kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill) menyumbangkan 80% dalam mencapai kesuksesan. Dengan
demikian pendidikan karakter sangat penting dalam mencapai kesuksesan dimasa
depan.
Kementrian
pendidikan nasional telah mengembangkan grand design pendidikan karakter di
setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Pengembangan dan
implementasi harus mengacu pada olah hati, olah pikir, olah raga, kinestetik,
olah rasa dan karsa Pendidikan informal juga memiliki peran dan kontribusi yang
besar dalam keberhasilan pendidikan. Ini dibuktikan kalau pendidikan disekolah
hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang 30% selebihnya 70% di lingkungan
keluarga dan lingkungan sekitar. Namun kenyataanya pendidikan informal terutama
di lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi yang berarti dalam mendukung
pencapain kompetensi dan pembentukan karakter. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut maka diadakannya pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan
mengoptimalkan kegiatan pendidikan
informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal disekolah.
B.
TUJUAN
Pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan
di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secarah utuh, terpadu, dan seimbang, sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
C.
SASARAN
Sasaran
pendidikan karakter yaitu seluruh sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia
negeri maupun swasta. Sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dengan baik
akan menjadi best practices..
D.
INDIKATOR
KEBERHASILAN
Indikator
keberhasilan pendidikan karakter sebagaimana tercantum dalam standar kompetensi
lulusan SMA, sebagai berikut:
1.
Mengamalkan
ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahapan perkembangan remaja;
2.
Memahami
kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3.
Menunjukan
sikap percaya diri
4.
Mematuhi
aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5.
Menghargai
keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi
6.
Mencari
dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan
kreatif;
7.
Menunjukan
kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
8.
Menunjukan
kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
9.
menganalisis
dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
10.
Mendeskripsikan
gejala alam dan sosial
11.
Memanfaatkan
lingkungan secara bertanggung jawab
12.
Menerapkan
nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan republic Indonesia;
13.
Menghargai
karya seni dan budaya nasional
14.
Menghargai
tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
15.
Menerapkan
hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
16.
Berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan santun;
17.
Memahami
hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan dimasyarakat
18.
Menunjukan
kegemaran membaca dan menulis naska pendek sederhana
19.
Menunjukan
ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia
dan bahasa inggris sederhana;
20.
Menguasai
pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah
21.
Memiliki
jiwa kewirausahaan
E.
DASAR HUKUM
1.
UUD
1945 Amandemen
2.
UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
3.
Peraturan
pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
4.
Permendiknas
No 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan
5.
Permendiknas
no 22 tahun 2006 tentang standar isi
6.
Permendiknas
no 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan
7.
Rencana
pemerintah jangka menengah nasional 2010-2014
8.
Renstra
kemendiknas 2010-2014
9.
Renstra
direktorat pembinaan smp tahun 2010-2014
II. PENDIDIKAN KARAKTER
Soft skill
merupakan bagian ketrampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan
atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan disekitarnya.
Keabstrakan kondisi tersebut tidak mampu dievaluasi secara tekstual.
A.
Konsep
Pendidikan Karakter
Pengertian
karakter menurut pusat bahasa depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak.
Adapaun berkarakter adalah berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak.
Pendidikan
karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral
universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama (the golden rule). Oleh
karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di
indonesia yaitu pendidikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia untuk
membina generasi muda yang akan datang. Pendidikan
karakter di sekolah harus melibatkan semua komponen pendidikan, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Dengan
melibatkan komponen tersebut, maka pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah
akan semakin baik dan nantinya akan menjadi budaya di sekolah.
Dengan demikian,
dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang
dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hokum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.
B.
NILAI-NILAI
KARAKTER
berdasarkan kajian nilai-nilai agama,
norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM.
Telah teridentifikasi butir-butir nialai
yang dikelmpokkan menjadi lima nilai utama yaitu:
1.
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan tuhan
-
Religious
(pikiran, perkataan, dan tindakan berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan)
2.
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
-
Jujur,
Bertanggung jawab, Bergaya hidup sehat, Disiplin, Kerja keras, Percaya diri, Berjiwa
wirausaha, Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, Mandiri, Ingin tahu, Cinta
ilmu
3.
Nilai
karakter hubungannya dengan sesame
-
Sadar
akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Patuh pada aturan-aturan sosial, Menghargai
karya dan prestasi orang lain, Santun, dan Demokratis.
4.
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
-
Peduli
sosial dan lingkungan (mencega kerusakan dan memperbaiki lingkungan)
5.
Nilai
kebangsaan
-
Nasionalis
(kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa)
-
Menghargai
keberagaman (fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama)
III. PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERPADU
DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI DAN KAITANNYA DENGAN
PEMBANGUNAN WILAYAH
A.
Pengertian
pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran
Pendidikan
karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran merupakan pengenalan
nilai-nilai, fasilitas diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui
proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun diluar kelas pada
semua mata pelajaran.
Dalam
implementasi Pendidikan karakter diperlukan guru yang berkualitas untuk
membentuk peserta didik yang mempunyai kepribadian yang unggul sesuai dengan 21
indikator keberhasilan. termasuk dalam
mata pelajaran geografi bisa optimal bilamana para guru geografi merubah
paradigm lama ke paradigm baru yang terintegrasi dengan pembelajaran
kontekstual dan pendidikan karakter. Hanya profil guru yang ideal yang bisa
melaksanakan dan menumbuhkan karakter peserta didik dalam pembelajaran geografi
.Dengan bekal pendidikan karakter tersebut diharapkan para lulusan akan mampu
memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Dengan demikian pendidikan
karakter yang diintergrasikan dengan mata pelajaran geografi akan mendukung
pembangunan wilayah Indonesia, khususnya pembangunan karakter bangsa, yang
menjadi bagian terpenting dari pembangunan manusia seutuhnya.
IV. PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER
SECARA TERINTEGRASI DI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Integrasi pendidikan karakter di
dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dengan prinsip-prinsip pembelajaran
kontekstual. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
1.
Konstruktivisme
(constructivism)
Peran peserta didik lebih besar dari
pada guru. Peserta didik dituntut menemukan sendiri dengan bimbingan guru.
2.
Bertanya
(questioning)
Pertanyaan yang diajikan guru digunakan
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Penggunaan
pertanyaan menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa
informasi.
3.
Inkuiri
(inquiry)
Inkuiri adalah proses perpindahan dari
pengamatan menjadi pemahaman, yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan
yang muncul. Langkah-langkah kegiatan inkuiri: merumuskan masalah, observasi, menganalisis
dan menyajikan hasilnya, mengkomunikasikan atau menyajikan pada pembaca,teman,
guru, atau audien yang lain.
4.
Masyarakat
belajar (learning comunity)
Masyarakat belajar adalah sekelompok
siswa yang terkait dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih
dalam. Belajar secara bersama juga lebih baik daripada belajar secara
individual.
5.
Pemodelan
Pemodelan adalah proses penampilan suatu
contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar.
6.
Refleksi
Cara berfikir apa yang telah siswa
pelajari dan untuk membantui siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri.
7.
Penilaian
autentik (authentic assessment)
Siswa dapat mendemonstrasikan
kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau
mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasinyang dapat
ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.
Contoh
pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
Kegiatan pembelajaran dari tahapan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
-
Pendahuluan, guru menyiapkan peserta
didik sesuai rancangan pembelajaran. Dan perilaku guru yang baik sebagai sentral
contoh dalam pembentukan karakter peserta didik.
-
Inti
Kegiatan
inti terbagi menjadi 3 tahap:
·
Eksplorasi:
pembelajaran ditekankan pada peserta didik agar
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dengan melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau dilapangan. Dalam kegiatan ini, Guru memfasilitasi
interaksi antar peserta didik dengan perseta didik, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya.
·
Elaborasi:
peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan serta
sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran
lainnya sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta didik lebih luas
dan dalam.
·
Konfirmasi:
peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau
keberterimaan dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperoleh oleh
siswa.
-
Penutup
Dalam
kegiatan penutup, guru bersama peserta didik melakukan evaluasi pembelajaran
yang telah diselesaikan dan guru menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
Daftar pustaka
Direktorat
PSMP.2010. grand design pendidikan
karakter. Dirjen manajemen pendidikan dasar dan menengah, depdiknas,
Jakarta.
Direktorat
PSMP.2010. pembinaan pendidikan karakter disekolah menengah pertama. Dirjen
manajemen pendidikan dasar dan menengah, depdiknas, Jakarta.
Direktorat
PSMP.2010. pengembangan bahan ajar. Dirjen manajemen pendidikan dasar dan
menengah, depdiknas Jakarta.
Depdiknas
dirjen dikdasmen direktorat pendidikan menengah umum. 2003. Kurikulum 2004.
Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran geografi.
Jakarta
Mulyasa,
E. 2002. Kurikulum berbasis kompetensi. Konsep, karakteristik, dan
implementasi. Bandung. PT remaja rosdakarya.
Mochamad
enoh. 2004. Profil guru geografi dan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup
(life skill) dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004. Makalah seminar nasional
himpunan sarjana pendidikan ilmu sosial (HISPISI) daerah sumatra selatan di
Palembang, 12 okteber 2004.
Syarifudin,
2004. Pendidikan berbasis kawasan langkah strategi dalam pengembangan
pendidikan. Makalah KONASPI V di universitas negeri Surabaya, tanggal 5-9
oktober 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar