Jumat, 01 Februari 2013

RESUME IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERINTEGRASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA


oleh: Imam Arifa'illah Syaiful Huda
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERINTEGRASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA
OLEH: Mochamad enoh*)
            Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Penanaman nilai tentunya tidak lepas dari peran guru yang berkualitas, yaitu guru yang mempunyai kemampuan administrator, communicator, motivator, evaluator, interactor, dan innovator. Keberhasilan pendidikan karakter bukan tergantung pada kualitas kurikulum, namun tergantung pada apa yang dilakukan guru dan murid dalam kelas.
            Pendidkan karakter bisa masuk dalam semua mata pelajaran sekolah, termasuk salah satunya mata pelajaran geografi.  Integrasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran geografi hendaknya  dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dapat mengadopsi prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning). Kontribusi mata pelajaran geografi dalam pendidikan karakter di SMA/MA sangat tergantung pada guru yang merubah paradigma lama ke  paradigm baru sesuai dengan kurikulum KTSP,  yakni harus terintegrasi dengan Pembelajaran kontekstual. Dengan integrasi seperti itu, maka akan mendukung peningkatan kualitas pendidikan, relevansi, produktivitas, pengembangan jiwa kewirausahaan yang  menghasilkan insan masa depan yang mandiri di daerah masing-masing. Dengan demikian pengintegrasian pendidikan karakter pada mata pelajaran geografi akan mendukung pembangunan wilayah, khususnya pembangunan karakter bangsa, yang menjadi bagian terpenting dari pembangunan manusia seutuhnya.
**) disampaikan dalam seminar ikatan geografi Indonesia (IGI), dan konggres ke IV IGI, tanggal 11-12 Desember 2010, di hotel utami. Jl. Raya duanda-airport, Surabaya, jawa timur
*) tenaga pengajar pada jurusan pendidikan geografi fakultas ilmu sosial universitas negeri Surabaya, instruktur nasional KTSP direktorat kemendiknas Jakarta
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting, sesuai yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cekap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di Indonesia yang seharusnya mengantarkan peserta didik menuju pribadi yang baik dan berkarakter ternyata belum berhasil dalam menanamkan pendidikan karakter pada anak bangsa. Kasus tawuran merupakan bukti konkret belum berhasilnya pendikan di Indonesia. Berdasarkan penelitian di Harvard university amerika serikat (ali Ibrahim akbar, 2000), pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) hanya menyumbangkan 20% , namun kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill) menyumbangkan 80% dalam mencapai kesuksesan. Dengan demikian pendidikan karakter sangat penting dalam mencapai kesuksesan dimasa depan.
Kementrian pendidikan nasional telah mengembangkan grand design pendidikan karakter di setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Pengembangan dan implementasi harus mengacu pada olah hati, olah pikir, olah raga, kinestetik, olah rasa dan karsa Pendidikan informal juga memiliki peran dan kontribusi yang besar dalam keberhasilan pendidikan. Ini dibuktikan kalau pendidikan disekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang 30% selebihnya 70% di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar. Namun kenyataanya pendidikan informal terutama di lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi yang berarti dalam mendukung pencapain kompetensi dan pembentukan karakter. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diadakannya pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan  kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal disekolah.
B.     TUJUAN
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secarah utuh, terpadu, dan seimbang, sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
C.    SASARAN
Sasaran pendidikan karakter yaitu seluruh sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia negeri maupun swasta. Sekolah yang menerapkan pendidikan karakter dengan baik akan menjadi best practices..
D.    INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan pendidikan karakter sebagaimana tercantum dalam standar kompetensi lulusan SMA, sebagai berikut:
1.      Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahapan perkembangan remaja;
2.      Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri
3.      Menunjukan sikap percaya diri
4.      Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5.      Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi
6.      Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif;
7.      Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
8.      Menunjukan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
9.      menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
10.  Mendeskripsikan gejala alam dan sosial
11.  Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
12.  Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan republic Indonesia;
13.  Menghargai karya seni dan budaya nasional
14.  Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
15.  Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
16.  Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
17.  Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan dimasyarakat
18.  Menunjukan kegemaran membaca dan menulis naska pendek sederhana
19.  Menunjukan ketrampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris sederhana;
20.  Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah
21.  Memiliki jiwa kewirausahaan

E.     DASAR HUKUM
1.      UUD 1945 Amandemen
2.      UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
3.      Peraturan pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
4.      Permendiknas No 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan
5.      Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi
6.      Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan
7.      Rencana pemerintah jangka menengah nasional 2010-2014
8.      Renstra kemendiknas 2010-2014
9.      Renstra direktorat pembinaan smp tahun 2010-2014
II. PENDIDIKAN KARAKTER
            Soft skill merupakan bagian ketrampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan disekitarnya. Keabstrakan kondisi tersebut tidak mampu dievaluasi secara tekstual.
A.    Konsep Pendidikan Karakter
Pengertian karakter menurut pusat bahasa depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Adapaun berkarakter adalah berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama (the golden rule). Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di indonesia yaitu pendidikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia untuk membina  generasi muda yang akan datang. Pendidikan karakter di sekolah harus melibatkan semua komponen pendidikan, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Dengan melibatkan komponen tersebut, maka pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah akan semakin baik dan nantinya akan menjadi budaya di sekolah.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang maha esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.

B.     NILAI-NILAI KARAKTER
berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM. Telah  teridentifikasi butir-butir nialai yang dikelmpokkan menjadi lima nilai utama yaitu:
1.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan tuhan
-          Religious (pikiran, perkataan, dan tindakan berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan)
2.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
-          Jujur, Bertanggung jawab, Bergaya hidup sehat, Disiplin, Kerja keras, Percaya diri, Berjiwa wirausaha, Berfikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, Mandiri, Ingin tahu, Cinta ilmu
3.      Nilai karakter hubungannya dengan sesame
-          Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Patuh pada aturan-aturan sosial, Menghargai karya dan prestasi orang lain, Santun, dan Demokratis.  
4.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
-          Peduli sosial dan lingkungan (mencega kerusakan dan memperbaiki lingkungan)
5.      Nilai kebangsaan
-          Nasionalis (kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa)
-          Menghargai keberagaman (fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama)
III. PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERPADU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN GEOGRAFI DAN KAITANNYA DENGAN PEMBANGUNAN WILAYAH
A.    Pengertian pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran
Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran merupakan pengenalan nilai-nilai, fasilitas diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun diluar kelas pada semua mata pelajaran.
Dalam implementasi Pendidikan karakter diperlukan guru yang berkualitas untuk membentuk peserta didik yang mempunyai kepribadian yang unggul sesuai dengan 21 indikator keberhasilan.  termasuk dalam mata pelajaran geografi bisa optimal bilamana para guru geografi merubah paradigm lama ke paradigm baru yang terintegrasi dengan pembelajaran kontekstual dan pendidikan karakter. Hanya profil guru yang ideal yang bisa melaksanakan dan menumbuhkan karakter peserta didik dalam pembelajaran geografi .Dengan bekal pendidikan karakter tersebut diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Dengan demikian pendidikan karakter yang diintergrasikan dengan mata pelajaran geografi akan mendukung pembangunan wilayah Indonesia, khususnya pembangunan karakter bangsa, yang menjadi bagian terpenting dari pembangunan manusia seutuhnya.
IV. PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER SECARA TERINTEGRASI DI DALAM PROSES PEMBELAJARAN
            Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dengan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
1.      Konstruktivisme (constructivism)
Peran peserta didik lebih besar dari pada guru. Peserta didik dituntut menemukan sendiri dengan bimbingan guru.
2.      Bertanya (questioning)
Pertanyaan yang diajikan guru digunakan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Penggunaan pertanyaan menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi.
3.      Inkuiri (inquiry)
Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan yang muncul. Langkah-langkah kegiatan inkuiri: merumuskan masalah, observasi, menganalisis dan menyajikan hasilnya, mengkomunikasikan atau menyajikan pada pembaca,teman, guru, atau audien yang lain.
4.      Masyarakat belajar (learning comunity)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terkait dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Belajar secara bersama juga lebih baik daripada belajar secara individual.
5.      Pemodelan
Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar.
6.      Refleksi
Cara berfikir apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantui siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri.
7.      Penilaian autentik (authentic assessment)
Siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasinyang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.
Contoh pembelajaran yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
-          Pendahuluan, guru menyiapkan peserta didik sesuai rancangan pembelajaran. Dan perilaku guru yang baik sebagai sentral contoh dalam pembentukan karakter peserta didik.
-          Inti
Kegiatan inti terbagi menjadi 3 tahap:
·         Eksplorasi: pembelajaran ditekankan pada peserta didik agar  memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dengan melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau dilapangan. Dalam kegiatan ini, Guru memfasilitasi interaksi antar peserta didik dengan perseta didik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
·         Elaborasi: peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam.
·         Konfirmasi: peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.
-          Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik melakukan evaluasi pembelajaran yang telah diselesaikan dan guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Daftar pustaka
Direktorat PSMP.2010. grand design pendidikan karakter. Dirjen manajemen pendidikan dasar dan menengah, depdiknas, Jakarta.
Direktorat PSMP.2010. pembinaan pendidikan karakter disekolah menengah pertama. Dirjen manajemen pendidikan dasar dan menengah, depdiknas, Jakarta.
Direktorat PSMP.2010. pengembangan bahan ajar. Dirjen manajemen pendidikan dasar dan menengah, depdiknas Jakarta.
Depdiknas dirjen dikdasmen direktorat pendidikan menengah umum. 2003. Kurikulum 2004. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran geografi. Jakarta
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum berbasis kompetensi. Konsep, karakteristik, dan implementasi. Bandung. PT remaja rosdakarya.
Mochamad enoh. 2004. Profil guru geografi dan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skill) dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004. Makalah seminar nasional himpunan sarjana pendidikan ilmu sosial (HISPISI) daerah sumatra selatan di Palembang, 12 okteber 2004.
Syarifudin, 2004. Pendidikan berbasis kawasan langkah strategi dalam pengembangan pendidikan. Makalah KONASPI V di universitas negeri Surabaya, tanggal 5-9 oktober 2004.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar